Assalamualaikum Wr, wb
Melanjutkan postingan sebelumnya (postingan 2 tahun lalu). Singkat cerita saya diterima sebagai finance sekaligus admin untuk penempatan Tolitoli.
![]() |
Tak terkira bagaimana bahagianya saya saat itu. Kebahagiaan saya bukan cuma sampai di situ, ternyata sahabat saya ika diterima sebagai DAFO untuk penempatan luwuk. Impian kami agar bisa mendapatkan pekerjaan bersama akhirnya tercapai, ya hasil takkan mengkhianati usaha dan doa.
Ini pengalaman pertama saya menjadi anak kos, berpisah jauh dari orang tua untuk waktu yang lama. Saya sering merasakan yang namanya home sick, rindu keluarga dan rumah kami. Pernah suatu waktu saya mengalami sakit, yang membuat saya kesulitan duduk dan berdiri. Akhirnya dengan berat hati saya mengabarkan keadaan saya ke orang tua, dan keesokan paginya Mama langsung berangkat menuju Tolitoli. Sampainya di Tolitoli Mama menemani saya periksa ke rumah sakit. Dokter mengatakan saya terlalu sering duduk, kelelahan dan kurang olahraga sehingga membuat tulang saya merasa sakit saat duduk dan berdiri. Mama kemudian menemani saya selama 2 bulan di kosan, untuk mengurusi dan memenuhi semua kebutuhan saya.
Setelah merasa sudah benar-benar baikkan, Mama kemudian balik Palu. Kasih Ibu memang sepanjang mas.
Kontrak saya sebenarnya sudah berakhir di bulan desember 2015, namun kembali diperpanjang sampai akhir tahun 2016. Sebelum memutuskan untuk memperpanjang kontrak, banyak hal yang menjadi pertimbangan. Salah satunya kesehatan saya. Karena sakit yang saya alami sebelumnya, membuat saya tidak tahan untuk duduk dalam waktu yang lama. Saya menyesali diri saya yang tidak begitu memperhatikan kondisi tubuh sendiri. Namun, ada pertimbangan lain yang membuat saya akhirnya setuju untuk memperpanjang kontrak. Karena teman-teman kantor masih membutuhkan saya, dan tabungan saya belum cukup untuk dijadikan pegangan. Saya tidak mau saat saya resign dari tempat saya bekerja, saya kembali menjadi parasit untuk ke dua Orang Tua saya.
Saya akui setahun kemarin saya begitu konsumtif. Saat gajian tiba, saya membeli barang barang yang sebenarnya belum saya perlukan atau tidak diperlukan sama sekali. Mungkin saya terkena sindrom gaji pertama.
Sampai akhirnya di Desember kemarin, saya merasa 'ngenes' melihat saldo di rekening yang ternyata jumlahnya tidak seberapa dibanding gaji yang saya terima selama setahun kemarin. Sebenarnya, jika saya menyisihkan gaji setengahnya saja setiap bulan untuk ditabung, tabungan tersebut bisa menjadi pegangan saya untuk membuka usaha.
Akhirnya timbulah penyesalan dari sikap konsumtif tersebut. Tapi saya bisa apa "uang sudah jadi barang" sama halnya dengan "nasi sudah jadi bubur".
Di tahun 2016 saya sudah mulai menyisihkan penghasilan, menahan diri untuk berbelanja yang bukan menjadi kebutuhan utama. Sampai pada akhir tahun 2016 alhamdulillah tabungan saya sudah lumayan, hampir setengah dari gaji setahun saya, belum ditambah dengan saldo di BPJS TK yang saya tarik. Saya pun kembali ke Palu di akhir tahun kemarin untuk berkumpul bersama keluarga dan kembali berjuang untuk memperoleh pekerjaan baru.
Bagaimana nasib saya di 2017? Akan ada di postingan selanjutnya, semoga tidak menunggu dua tahun lagi 😄😁
Setelah merasa sudah benar-benar baikkan, Mama kemudian balik Palu. Kasih Ibu memang sepanjang mas.
Kontrak saya sebenarnya sudah berakhir di bulan desember 2015, namun kembali diperpanjang sampai akhir tahun 2016. Sebelum memutuskan untuk memperpanjang kontrak, banyak hal yang menjadi pertimbangan. Salah satunya kesehatan saya. Karena sakit yang saya alami sebelumnya, membuat saya tidak tahan untuk duduk dalam waktu yang lama. Saya menyesali diri saya yang tidak begitu memperhatikan kondisi tubuh sendiri. Namun, ada pertimbangan lain yang membuat saya akhirnya setuju untuk memperpanjang kontrak. Karena teman-teman kantor masih membutuhkan saya, dan tabungan saya belum cukup untuk dijadikan pegangan. Saya tidak mau saat saya resign dari tempat saya bekerja, saya kembali menjadi parasit untuk ke dua Orang Tua saya.
Saya akui setahun kemarin saya begitu konsumtif. Saat gajian tiba, saya membeli barang barang yang sebenarnya belum saya perlukan atau tidak diperlukan sama sekali. Mungkin saya terkena sindrom gaji pertama.
Sampai akhirnya di Desember kemarin, saya merasa 'ngenes' melihat saldo di rekening yang ternyata jumlahnya tidak seberapa dibanding gaji yang saya terima selama setahun kemarin. Sebenarnya, jika saya menyisihkan gaji setengahnya saja setiap bulan untuk ditabung, tabungan tersebut bisa menjadi pegangan saya untuk membuka usaha.
Akhirnya timbulah penyesalan dari sikap konsumtif tersebut. Tapi saya bisa apa "uang sudah jadi barang" sama halnya dengan "nasi sudah jadi bubur".
Di tahun 2016 saya sudah mulai menyisihkan penghasilan, menahan diri untuk berbelanja yang bukan menjadi kebutuhan utama. Sampai pada akhir tahun 2016 alhamdulillah tabungan saya sudah lumayan, hampir setengah dari gaji setahun saya, belum ditambah dengan saldo di BPJS TK yang saya tarik. Saya pun kembali ke Palu di akhir tahun kemarin untuk berkumpul bersama keluarga dan kembali berjuang untuk memperoleh pekerjaan baru.
Bagaimana nasib saya di 2017? Akan ada di postingan selanjutnya, semoga tidak menunggu dua tahun lagi 😄😁
Komentar
Posting Komentar